jangan datang

jangan datang kalau pikiranmu tak mau terbentang
jangan datang kalau kau tak mau berubah menjadi yang lebih baik
jangan datang kemanapun kalau kau terlalu egois untuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang lebih baik,
karena dimanapun tempat di dunia ini memiliki potensi sebagai cerminan hidup tentang ke-baik-buruk-an

Jumat, 29 Oktober 2010

should would be

banyak hal yang saya tahu
banyak hal yang saya mengerti
banyak yang saya miliki

banyak yang membuatku bersedih
banyak yang membuatku berteriak bosan, kesal, sebal
dan ada juga yang membuatku kadang bilang benci

ya, saya tahu, banyak yang tidak saya tahu
ya, saya mengerti hakikat saya sebagai manusia
ya, saya memiliki banyak kekurangan

saya bersedih atas ketidakmampuan saya untuk selalu menjadi lebih banyak tahu. bukannya hanya banyak tahu.
saya berteriak bosan pada kehidupan saya yang tidak kunjung saya buat lebih berwarna dengan hakikat saya sebagai manusia
saya berteriak kesal atas segala keterlambatan diri saya untuk berterimakasih, meminta maaf, dan meminta tolong kepada orang lain di sekitar saya
sebal pada diri saya yang cukup dengan menerima yang ada. bukan berusaha membuatnya menjadi lebih baik

saya benci pada diri saya yang masih tidak cukup bersyukur atas karunia Tuhan. yang tidak menyadari sepenuhnya Tuhan selalu ada atas segala yang ada.

Kamis, 28 Oktober 2010

harus saya renungkan

saya percaya dengan istilah kawan, teman, dan persahabatan. ya, saya percaya.
saya juga percaya pada langit, peneduh bumi di siang yang merona.
di luar semua itu, saya juga tentu percaya pada Tuhan Yang Maha Pencipta. ya, saya percaya.

saya inginkan banyak teman. hingga seolah, dunia ini sempit karena ada banyak orang yang bisa saya sapa.
saya mau bersama banyak kawan, saling bercerita, berbagi senda guaru dan bahagia.
saya ingin menemukan persahabatan yang menyenangkan.
ya, saya inginkan.

saya ingin berjuma dengan Tuhan. menapaki jalan putihnya. menatap kagum surganya. dan bersyukur atas apa yang Ia tumbuhkan di dunia.


tetapi, sayapun menginginkan langit.
saya ingin selalu melihat langit yang terbentang ribuan jengkal di atas kepala.
saya punya cita untuk bercerita kepadanya.
untuk berterima-kasih atas adanya yang selalu ada untuk saya.
saya menginginkan langit saya sendiri.

dan nyatanya. saya harus sadar. saya harus tahu.
saya tidak akan memiliki langit.
TIDAK AKAN
langit hanya milik Tuhan, kan?

saya tahu. seharusnya saya merenungkan hal ini.
seharusnya saya memikirkan dua kali apa yang saya inginkan.
saya seharusnya sadar diri tentang langit ini.
langit hanya milik Tuhan, kan?
seharusnya saya memikirkan ini dari lalu, kan?

di akhirnya pun, saya tidak mendapatkan langit yang saya ciptakan sendiri.

Minggu, 24 Oktober 2010

seharusnya saya tahu

hari kian berganti. waktu perjalan, tidak diam. ya, saya tahu itu.
kawan yang biasanya bersama juga berjalan, tidak bisa selalu diam di sampingku. lagi pula, buat apa hanya diam di sisiku? ada banyak hal lain di luar kan?
yang saya percaya, teman yang baik benar-benar bukan kawan yang selalu mendukung diri kita apa adanya, tapi yang selalu membendung kita menuju kebaikan. apapun caranya.

tapi rasa-rasanya, saya masih tidak puas dengan apa yang saya punya. saya selalu mencari-cari kawan. berharap orang yang saya inginkan ada untuk saya. selalu kecewa saat teman saya lebih memilih yang lain dari pada saya.

seharusnya saya berkaca, saya pun seringkali berlaku hal yang sama.
seharusnya saya sadar, teman mereka bukan hanya saya saja.
seharusnya saya ingat, teman yang baik menurut saya bukan yang selalu ada, tapi yang membendung ke kebaikan.
seharusnya saya bisa bersikap lebih baik.

dan tampaknya, saya pun terlalu lalai pada hal-hal lain di luar yang saya inginkan.

saya lupa bahwa Tuhan tetap ada untuk saya. saya mengabaikan orang-orang yang diutus Tuhan untuk menemani saya. saya hanya berfokus pada keinginan saya.

padahal, orang yang Tuhan titipkan itu yang terbaik untuk saya.
yang selalu ada dan selalu membendung saya di dalam dan menuju kebaikan.
yang saya rasa, selalu sebisa mungkin membantu saya.

dia yang selalu ada untuk saya. dia yang selalu membantu saya. dia yang selalu mengingatkan saya
sayangnya saya cukup tidak ingat bahwa dia ada untuk saya.
sayangnya saya tidak cukup berterimakasih kepadanya.
sayangnya saja terkadang terlalu sabodo kepadanya

sekarang,
biarkan saya menyadari keberadaanya.
biarkan saya berterima kasih kepadanya.
biarkan saya juga bersikap sedemikian ia bersikap kepada saya.

ya.
seharusnya saya tahu. dia yang selama ini saya cari. dia yang berbaik hati..
seharusnya saya tahu. dia langit yang saya harap saya miliki*.
seharusnya saya tahu. seharusnya saya tahu itu semua dari lalu.

dan, seharusnya ia tahu: "kamu langitku!" **


* yang saya harap saya miliki, langitnya. bukan dirinya.
** bukan seperti yang kakak kelas saya ajarkan: "ganteng, engkau langitku!")

Sabtu, 23 Oktober 2010

hupppppppppppppph.
hari ini. apa rasanya kalau temen deket kita lebih milih temen yang lain dari pada kita. padahal kita udah biarin banyak hal demi dia.
gak kepikiran deh.
rasanya tuh kecewa banget.

Kamis, 21 Oktober 2010

karinushi sora


“karinushi sora”

Kenapa namanya Karinushi Sora? Rata-rata orang akan lalu dan tidak peduli. Sabodo amat.. Begitulah manusia, enggan ribet dengan hal-hal yang ia rasa tidak berhubungan dengannya. Tapi sebagian dari sisanya, akan berbisik-bisik “sok Jepang!!”, “sok keren!!”, dan lainnya. Itulah (juga) sifat manusia. Negative thinking, atau istilah agamanya, su’udzon. Maksudnya sama: berpikiran negatif. Selalu saja, manusia itu berpikir yang tidak-tidak terhadap sesama manusia. Heran. Dan sebagian lainnya, yang persentasenya hanya sekian-sekian, berusaha mencari tahu maksud nama itu.

Peminjam Langit. Apa maksudnya? Karinushi Sora artinya Peminjam Langit? Ah, apa lagi sih? Kenapa ia menamai dirinya sendiri Si Peminjam Langit?

Ia terdiam. Karinushi Sora adalah nama yang ia pilih untuk dirinya sendiri. Peminjam Langit. Langit? Itu hal yang paling ia suka kan? Hal yang sepanjang waktu seperti ingin selalu dilihatnya. Seperti takut langit akan runtuh tanpa tatapan matanya. Entahlah, mungkin ia memang tergila-gila pada langit.
Jadi, kita ambil kata ‘langit’ dalam namanya sebagai hal yang memang ia gilai. Sekarang, apa asas dari kata ‘peminjam’? Kenapa harus ‘peminjam’? Kenapa tidak ‘raja’ atau ‘ratu’ atau apalah nama-nama lain yang memegahkan pemilik nama?

Sepertinya ia cukup tahu diri. Tidak seperti kebanyakan orang-orang yang suka main mengakui. Karena itu ia menamai dirinya Si Peminjam Langit.

 Langit yang punya sejuta pesona baginya adalah lapangan tiada batas yang selalu membuatnya tenang. Tempatnya berlayar menuju kenyamanan. Sungguh kuasa Tuhan yang membuat kita bisa menemukan ketenangan dan kenyamanan di mana saja. Dan ia memilih langit sebagai istananya.

Lalu, apa maksudnya ‘peminjam’? Itu karena ia tahu, langit hanya milik Tuhan. Ia hanya makhluk yang bias mencuri barang sedikit ketenangan langit. Kemegahan langit. Kanapa ‘peminjam’, bukan ‘pencuri’; ia kan mencuri ketenangan langit, bukan meminjamnya?
Aku memang mencuri, tapi mencuri ketenangan langit, bukan mencuri langitnya.Langit itu hanya ku pinjam, kok. Langit indah itu, -  pada waktunya nanti, saat aku telah menemukan ketenangan abadi,-  akan ku kembalikan seutuhnya. Aku berjanji.